
APEBSKID Indonesia kembali mengadakan webinar pada hari Sabtu, 14 September 2024, pukul 13:00 WIB, dengan topik “Arah Baru Pemajuan, Pemberdayaan, dan Kerja Sama Bidang Komunikasi Berbasis Kajian Multidisiplin.” Webinar ini menghadirkan tiga narasumber utama dari berbagai institusi, yang masing-masing menyampaikan pandangan mereka dalam diskusi yang berlangsung interaktif. Narasumber pertama, Dr. Ardianto, S.Pd., M.Pd. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) di IAIN Manado sekaligus Dewan Pakar APEBSKID Indonesia. Narasumber kedua, Dr. Marsel Robot, M.Si., dosen di Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT sekaligus Wakil Ketua Umum APEBSKID Indonesia. Narasumber ketiga, Dr. I Dewa Ayu Hendrawatthy Putri, S.Sos., M.Si., dosen di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar, dan Dewan Pengawas APEBSKID Indonesia.
Acara dibuka oleh Zaim Dzaky Sanjaya, S.S., anggota Bidang Pendidikan dan Kurikulum APEBSKID Indonesia dari Islamic Center Ali bin Abi Thalib, Sumatera Utara, yang bertindak sebagai Master of Ceremony (MC). setelah ruang zoom dibuka, MC memberikan kesempatan terlebih dahulu sambutan Pimpinan Pusat APEBSKID oleh Dr. Muslimin, M.Pd., dosen Universitas Negeri Gorontalo dan Sekretaris Jenderal APEBSKID Indonesia, yang menggantikan Dr. Furoidatul Husniah, S.S., M.Pd., (Wakil Sekjen I) yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Dr. Muslimin menegaskan komitmen APEBSKID untuk terus mendukung kolaborasi multidisiplin yang memperkuat pemajuan budaya dan komunikasi, terutama dalam era digital yang semakin berkembang pesat. Sesi presentasi dan diskusi dipandu oleh Dr. Andi Vita Sukmarini, M.I.Kom, dosen di Universitas Fajar, Makassar, yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal III APEBSKID Indonesia.

Setelah pemaparan materi dari para narasumber dilanjutkan sesi diskusi. Peserta webinar yang berdiskusi dengan narasumber, antara lain: Dr. Nanik Herawati, M.Hum (Dosen Unwidha Klaten), Dr. Rahmat Sewa Suraya, M.Si. (Dosen Universitas Halu Oleo Kendari). Para narasumber menanggapi pertanyaan para peserta secara bergantian. Salah satu tema besar yang muncul dari diskusi ini adalah peran platform digital dalam melestarikan budaya lokal. Para narasumber sepakat bahwa media digital, seperti video, podcast, dan media sosial, menawarkan solusi praktis untuk merekam, menyimpan, dan menyebarkan budaya lokal atau tradisi lisan yang berpotensi hilang. Namun, mereka juga mengingatkan akan tantangan yang menyertai digitalisasi ini. Tradisi lisan sakral sering kali terkait dengan konteks budaya yang sangat spesifik, yang melibatkan nuansa spiritual, lingkungan fisik, dan hubungan sosial yang sulit ditransmisikan secara utuh melalui teknologi digital. Meskipun media digital mampu menjangkau audiens yang lebih luas, aspek-aspek penting dari tradisi lisan, seperti intonasi, bahasa tubuh, serta suasana lingkungan, sering kali tidak sepenuhnya dapat ditransfer ke dalam format digital. Ada kekhawatiran bahwa digitalisasi tanpa pertimbangan yang hati-hati dapat menyebabkan degradasi nilai-nilai budaya asli, mengingat konten yang dihasilkan melalui media digital cenderung terpisah dari konteks aslinya.
Pentingnya keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam setiap proses digitalisasi budaya. Masyarakat yang menjadi pemilik tradisi tersebut harus terlibat secara langsung dalam proses dokumentasi sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetap terjaga. Tanpa partisipasi lokal, digitalisasi berisiko mengasingkan tradisi dari akarnya dan mereduksi makna spiritual yang dikandungnya. Selain itu, kolaborasi antara ahli budaya, teknologi, dan komunitas menjadi kunci dalam memastikan bahwa digitalisasi tidak hanya sekadar proses teknis, melainkan langkah yang memperhitungkan aspek kultural dan spiritual. Kolaborasi multidisiplin ini membantu menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan pelestarian nilai budaya.