
SAMBUTAN PERDANA MIMBAR KAJIAN MULTIDISIPLIN
Oleh: Dr. Marsekus Robot, M.Si.
WAKIL KETUA UMJUM APEBSKID 2024-2028
UNIVERSITAS NUSACENDANA
- Yang Kami Hormati Ketua Dewan Pembina Afiliasi Pengajar, Peneliti Budaya, Bahasa, Sastra, Komunikasi, Seni, dan Desain (APEBSKID) Bapak Prof. Wan Syaifudin, Ph.D.
- Yang Kami Hormati Ketua Dewan Pakar Bapak Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A.
- Yang Kami Hormati Ketua Dewan Pengawas Bapak Prof. Dr. Junaedi, M.A.
- Yang Kami Hormati Ketua Umum APEBSKID Bapak Dr. Hadirman, S.Pd. M. Hum.
- Yang Kami Hormati Sekjen, Bapak Dr. Muslimin, S.Pd. M.Pd.
- Yang Kami Hormati Panitia Penyelenggara
- Yang kami Hormati seluruh Pengurus APEBSKID
- Yang Kami Hormati anggota dan simpatisan APEBSKID seluruh Indonesia
Dari selatan Indonesia (Kota Kupang) Provinsi Nusa Tenggara Timur saya menyampaikan salam jumpa dan salam persaudaraan. Saya sungguh merasa ada semacam privilege ketika ditunjuk sebagai wakil ketua umum pusat APEBSKID dan didaulat membawakan sambutan PERDANA di depan kaum terpelajar di ruang paling BERMARTABAT ini.
Mungkin sebagian kita pernah ke Nusa Tenggara Timur. Sebuah Provinsi dengan tingkat kemarau panjang (8-9) bulan per tahun. Daerah gersang tetapi merimbunkan kedamaian. Ada gundukan pulau yang tidur dalam pose yang sangat alami. Pelataran selatan Indonesia yang terkesan terlantar. Jauh dari pelupuk mata Jakarta yang menjadi moderator pembangunan. Kadang, keadaan itu dilukiskan dalam metafora pendek ini: “Di Jawa banyak jembatan tanpa kali. Di NTT Banyak kali tanpa Jembatan.”
Tapi, daerah ini ini sangat eksotik bukan semata karena memamerkan keindahan alam yang mewah seperti Labuan Bajo, Komodo, Pula Padar (di Manggarai Barat, Flores), Danau Tiga Warana di Ende, atau Atraksi Penangkapan Ikan Paus di Lamaera (Pulau Lembata), melainkan yang lebih indah lagi ialah cara hidup bersama dalam perbedaan. Setiap tahun hasil survei lembaga Setara, NTT selalu masuk 10 besar daerah yang paling toleran. NTT menjadi NUSA TERINDAH TOLERANSI. Terbilang 16 suku besar dengan 40 subetnik yang hidup di Nusa Tenggara Timur. Terhitung 94 bahasa daerah dengan ratusan variasi dialeknya. Keragaman itu merupakan keindahan ilahiah. Perbedaan sudah menjadi kekuatan hidup bersama bagi masyarakat NTT.
Hadirin yang saya hormati
Saya menyambut gembira pembentukan APEBSKID oleh karena tiga alasan. Pertama, mejalin kerja sama dan sama-sama kerja melalui platform adat istiadat ilmiah. APEBSKID bergegas merespon perkembangan pengetahuan yang bersifat monistik, menuju pendekatan yang multidisipliner. Sebab, masalah sosial dan kemanusiaan tidak pernah tunggal. Karena itu, masalah mesti didekati dengan berbagai disiplin ilmu sehingga lebih klar dan kelir. Kedua, APEBSKIP menyambung benang silahturahmi persaudaraan dan kemanusiaan antara barat dan Timur. Kami memilik matahari terbit di Timur tetapi mata hari Ilmu Pengetahuan terbit di Barat. APEBSKID MEMBANGUN TITIAN antara Tmur dan Barat melalui ritual-ritual ilmiah.
Dengan demikian, ketiga, APEBSKID diharapkan menjadi tungku yang menyiarkan pengetahuan yang merata seluruh Indonesia.
Karena itu, melalui sambutan singkatan ini: Saya merekomendasikan empat hal:
- Pertama, diperlukan kolaborasi berbagai aktivitas keilmuan baik dalam bidang riset, Pengabdiaan kepada Masyarakat, Pengajaran, Festival, Petunjukan, Pameran, bedah buku atau bedah karya atau jenis aktivitas lain yang digagas APEBSKID.
- Kedua, memberikan porsi 60 persen untuk aktivitas ilmiah (riset, seminar, petunjukan, diksusi) dan aktivitas lain di Indonesia Timur.
- Ketiga, diperlukan program residensi dosen, peneliti, seniman ke kampus-kampus universitas di wilayah Jawa. Sebaliknya, peneliti dan dosen dari Jawa dapat mengajar di kampus-kampus di Timur Indonesia. Dengan demikian, persahabatan dibangun dalam peradaban keilmuan.
- Keempat, APEBSKID harus mempunyai program tahunan yang dirancang secara sistematis sehingga berdampak pada KESEJAHTERAAN INTELEKTUAL baik secara Internal (pengurus dan anggota APEBSKID dan terutama kesejahteraan intelektual secara eksternal (masyarakat luas).
Hadirin yang saya hormati
Kegiatan Mimbar Kajian Multidisiplin dengan tema : ARAH BARU KAJIAN MULTIDISIPLIN adalah tema seksi yang berusaha merefleksikan bahwa masalah sosial dan kemanusiaan bukanlah berbentuk segi empat yang dapat diukur dengan satu persepsi, melainkan bundar yang dibentuk oleh berbagai dimensi. Karena itu, pendekatan monistik dianggap ketinggalan atau tidak sanggup lagi memutilasi persoalan-persoalan sosial yang genit dan romantik dan sengit ini, melainkan dengan pendekatan multidiplin yang bisa menjamah seluruh permukaan hingga kedalaman persoalannya. Katakan, ketika isu stunting di NTT merebak, pihak pemerintah berasumsi bahwa keadaan ini sebagai akibat kekurangan gizi. Padahal, jauh lebih dari sekadar kurang gizi adalah masalah kebudayaan. Ada etnik tertentu yang dilarag makan daging dan ikan pada masa kehamilan. Padahal, masa itu adalah masa paling membutuhkan nutrisi daging dan ikan untuk anak dalam rahim seorang ibu. Contoh lain, ketika, beras menjadi ukuran makanan standar bagi maka masyarakat sejahtera dan memberikan beras miskin kepada masyarakat NTT, justru memiskinkan rakyat secara struktural. Karena masyarakat NTT meninggalkan makanan pokok yakni jagung. Karena keadaan alam mereka sangat sedikit menghasilkan padi. Inilah bentuk proyek-proyek pemiskinan yang dilakukan oleh orang yang miskin perspektif atau para penganut monistik yang latah.
APEBSKID datang dengan keragaman perspektif dan memulai melakukan manuver untuk memutilasi pesoalan dan menyediakan lorong terang untuk agar keluar dari masalah tersebut.
Akhirnya dari Nusa Terindah Toleransi saya menyampaikan selamat berdiksusi, Tuhan menyertai kerja mulia ini. Pun bila ada tutur kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan, biarkan kata-kata itu mengalir bersama air ke lautan atau pergi bersama matahari senja, sehingga yang tertinggal pada kita ialah kristal-kristal cinta yang tak pernah lekang oleh jarak dan melawati empat samudera pun kita kita tetap bersaudara. TERIMA KASIH.